Tim Relawan Independen Ini, Siap Mengawal Suara Anda di Pemilu 2019
BINTANGEWS.com – Ingin
mencari caleg sesuai kriteria Anda? Anda ingin melaporkan dugaan pelanggaran
pemilu? Atau Anda mau berpartisipasi melapor hasil hitung suara capres? Berikut
pemantau independen yang siap membantu calon pemilih di Pemilu 2019.
Pada pohon itu terpampang foto calon
legislatif dengan paku yang menancap. Ia berhenti sejenak. Lalu memotret
atribut kampanye yang tidak pada tempatnya itu sebagaimana diatur KPU.
Setiba di kantornya, di kawasan
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Erick menulis beberapa kalimat, untuk
menerangkan foto yang diambil.
'Dipangkas' menjadi tiga TPS, pencoblosan
di Kuala Lumpur 'sempat membludak'
Foto dan tulisan pendek dikirim via
WhatsApp ke nomor kontak Matamassa, sebuah kelompok relawan pemantau pemilu.
Kata Errick, banyak sekali pemandangan serupa itu yang ia temukan
"Dipaku di pohon masih banyak
saya temukan, tadi pagi pun saya masih temukan," katanya kepada Arin
Swandari untuk BBC News Indonesia (Jumat, 12/04).
Errick adalah salah satu adalah
relawan Matamassa. Ia tidak dibayar untuk membuat laporan pelanggaran tersebut.
Kisah lainnya adalah sosok Teuku Radja
Shahnan, yang pernah bertanya-tanya, apa yang dikerjakan anggota parlemen yang
dia pilih pada 2009.
Pertanyaan itu yang lantas mendasari
Radja bersama teman-temannya membangun platform yang diberi nama Jari Ungu,
sebuah platform untuk memantau anggota parlemen terpilih.
Jari Ungu kembali hadir pada pemilu
2014 dan 2019 dengan menyuguhkan profil para caleg, untuk membantu calon
pemilih mencari tahu calon legislatif yang hendak dicoblos.
Raja meletakkan Jari Ungu layaknya
sebuah warteg. "Orang warteg buat makanan bukan hanya untuk dijual, tapi
juga dimakan sendiri. Kita bikin ini juga begitu, bukan hanya untuk orang lain,
ketika hari H saya akan memilih, siapa yang akan saya pilih, dengan sudut
pandang itu semua jadi berubah," lanjutnya.
Ada banyak kelompok relawan
bermunculan dan meramaikan pantuan pemilu 2019 secara digital. Ada banyak
cerita yang mengiringinya.
Jari
Ungu: Membantu cari caleg sesuai kriteria
Ketiklah kriteria caleg Anda, temukan
daftarnya di Jari Ungu. Masukkan nama kecamatan daerah pemilihan Anda di
website Jariungu.com, maka akan muncul daftar calon legislatif. Anda bisa
menambahkan kriteria, misalnya laki-laki atau perempuan, lalu tergabung dalam
calon presiden 01 atau 02, juga level pendidikan.
Dengan demikian, kata Radja, nama-nama
yang muncul akan mengerucut sesuai kriteria calon pemilih.
Sumber informasi konten Jari Ungu
berasal dari data KPU pusat dan daerah. "Kami olah lagi agar lebih mudah
ditampilkan," lanjutnya.
Untuk profil 2019 ini lima orang
relawan Jari Ungu ditambah pekerja outsource mengumpulkan dan mengolah data
caleg sejak September 2018.
Jari Ungu memilih fokus pada profil
caleg. Alasannya menurut Radja, peran parlemen yang penting kerap kali
dilupakan.
"Parlemen terlibat sangat kuat
dalam pemerintahan Indonesia, ketika parlemennya bagus, maka hasil
pemerintahannya bisa dianggap bagus, ketika parlemennya jelek, maka hasilnya ya
juga tidak bisa diharapkan."
Radja mengatakan Jari Ungu melayani
semua orang, tidak memilah partai atau paslon dalam menampilkan profil para
caleg.
Kolaborasi Kawalpemilu.org dan Kawal
Pemilu Jaga Suara
Delapan ribu lebih relawan telah
terdaftar dan terverikasi sebagai pemantau Kawal Pemilu Jaga Suara 2019 KPJS.
Mereka siap memotret dan mengunggah
form C1 plano yaitu tabulasi hasil hitung suara di TPS ke situs Kawalpemilu.org
pada 17 April nanti.
Adalah Hadar Gumay, mantan komisioner
KPU periode lalu yang terus getol merekrut relawan KPJS. Hadar merupakan
peneliti senior di Network for Democracy and Electoral Integrity Netgrit yang
menggandeng Kawalpemilu.org untuk mengawal hitung suara.
"Kalau kita sudah memberikan
suara kita melalui cobloson, kemudian suara itu sudah dihitung, kita perlu ikut
menjaganya, memastikan bahwa hitungan suara itu tetap seperti apa adanya, tidak
berubah di proses selanjutnya," katanya.
Semua orang bisa berpartisipasi di
kawal pemilu, meski tidak terdaftar sebagai pemantau KPJS 2019 yang
terverifikasi, ujarnya.
"Kami berharap pada hari H
pemungutan suara para warga yang mendengar, tetap meng-upload foto dari
C1-plano itu, ke portal yang telah kami sediakan," kata Hadar.
Dengan cara itu, kata Hadar,
masyarakat bisa membantu menciptakan satu pemilu dengan kepercayaan publik yang
tinggi.
Yang sudah menjadi relawan KPJS, saat
ini terus bergerak mengajak yang lain untuk bergabung. Nantinya mereka yang
diajak akan menerima undangan melalui akun Facebook dengan kode referral
tertentu, ujarnya.
Hadar menjelaskan, siapa saja boleh
meng-upload, namun pada tahap berikutnya, yaitu proses digitalisasi dilakukan
oleh moderator yang sudah terverifikasi, dan dipastikan bukan partisan atau
netral.
Menurut Hadar KPJS hadir didasari
perlunya ada penghitungan alternatif yang sifatnya pararel, dari yang dilakukan
penyelenggara pemilu.
Berbagai komunitas telah bergabung
dalam KPJS 2019, antara lain JPPR, KIPP, Ikatan Alumni UI, Pemuda Ansor, wakil
Muhamddyah dan lain-lain. Sebaran relawan yang telah mendaftar mencakup seluruh
Indonesia, dari Aceh hingga Papua.
'Jadi
e-saksi Mata Rakyat Indonesia bisa dapat hadiah'
Mata Rakyat Indonesia yang baru
terbentuk awal 2019 ini menawarkan pengawalan pemilu melalui aplikasi Android
dan IOS.
Sekretaris Jendral Bayu Adi Permana
menjelaskan, Mata Rakyat bergerak dengan menggandeng sejumlah lembaga pemantau.
Yaitu JPPR Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat, KIPP atau Komite
Independen Pemantau Pemilu, Sindikasi Pemilu untuk Demokrasi, serta Kode
Inisiatif.
Lewat aplikasi Android dan IOS, Mata
Rakyat, kata Bayu, mengajak publik menjadi relawan atau e-saksi untuk
melaporkan berbagai hal tentang pemilu 2019.
"Hasil penghitungan semua level,
Presiden, DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten, DPD RI, kecurangan, dan
pelanggaran pemilu," kata Bayu.
Sampai dengan akhir Maret, jumlah
relawan atau e-saksi yang terhimpun sekitar 86 ribu orang di 15 provinsi.
"Masih jauh, kebutuhan TPS di
Indonesia kan besar, ada 800 ribu sekian TPS, makanya kita dorong dengan
aplikasi ini, semoga kita bisa meng-coverage keseluruhan area," lanjutnya.
Calon e-saksi bisa mendaftar dengan
menggunakan KTP dan nomer telepon yang telah didaftarkan sesuai KTP.
Ini merupakan langkah validasi awal
calon relawan pemantau. "Yang kedua dari data-data yang lain, kita lihat
instagramnya dia media sosialnya dia," tambah Bayu.
Selanjutnya saat pelaporan juga ada
validasinya. "Setiap data yang dia laporkan, kalau dia memilih sebagai
relawan pelapor atau pemantau, akan kita klarifikasi. Jadi sistem mendata dulu,
data masuk, kita punya relawan di daerah, di provinsi ada, kota ada, kita akan
terjunkan tim untuk meverifikasi."
Setiap e-saksi dengan menggunakan satu
aplikasi hanya bisa melaporkan pemantauan maksimal tiga TPS.
Untuk mendorong lebih banyak e-saksi
yang terhimpun, Mata Rakyat menawarkan hadiah.
"Bagi mereka yang telah
melaporkan secara lengkap akan mendapatkan kode unik. Nah kode unik akan kita
undi beberapa hari setelah pemilu. Bagi yang kode uniknya muncul akan mendapat
hadiah menarik dari kami."
Bayu menegaskan Mata Rakyat adalah
kelompok relawan pemantau yang bergerak netral dalam pemilu 2019. "Yang
harus kita jaga kita legitimasinya," katanya.
Mata Massa tetap memantau meski tak
lagi ada dana
Matamassa sudah memulai kiprahnya
sejak 2014 dan merupakan proyek bersama Aliansi Jurnalis Independen, AJI
Jakarta, I-Lab, Perludem, dan Kode Inisiatif.
Matamasa fokus pada pelaporan
pelanggaran dan kecurangan pemilu melalui aplikasi Android. Saat ini tercatat
sekitar 70 relawan pemantau.
"Kalau melihat pelanggaran mereka
motret, mereka kirim ke WhatsApp, terus kasih tahu titik lokasi, nanti kita
akan kita verifikasi," kata Jakson Simanjutak Project Officer Matamassa.
Setelah terverifikasi akan dikumpulkan
dan kemudian diserahkan kepada pengawas pemilu.
Matamassa masih membutuhkan lebih
banyak relawan yang siap melaporkan pelanggaran baik administrasi maupun
pidana.
Meski tak lagi ada penadanaan kata
Jakson, para relawan yang sebagian adalah jurnalis memutuskan untuk terus
membantu mengawal pemilu dengan melaporkan pelanggaran.
"Tetap bergerak karena sudah ada
platform ini," lanjut Jakson.
Kehadiran mereka menggembirakan
Pengamat Politik dari Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Sandra Luky, melihat kehadiran para relawan pemantau
pemilu menggembirakan.
Pada 2014 lalu, kata Sandra, Kawal
Pemilu berhasil menunjukan peran pemantau independen dengan memanfaatkan
platform digital.
"Kita semua bisa melihat hasil
pemilu dengan cepat, dan itu mengurangi risiko jual beli suara, suara
digeser-geser risikonya terkurangi di situ," katanya.
Sandra sempat ragu, pemantau pemilu
2019 akan muncul. Namun di bulan-bulan terakhir mereka bermunculan melalui
media sosial.
Kehadiran pemantau pemilu independen,
kata Sandra, juga bisa berperan mengurangi keterbelahan masyarakat yang muncul
akibat adanya dua kubu paslon capres dan cawapres.
"Tapi kalaupun yang ikut gerakan
pemantau pemilu adalah simpatisan atau pendukung dari dua kubu, tidak masalah,
menurut saya malah bisa jadi semacam saling mengawasi, pendukung kubu bisa
mengawasi kubu b dan sebaliknya," tambahnya kepada BBC Indonesia.
Pemantau pemilu akan bergerak untuk
mengurangi pelanggaran pemilu dan beredarnya hoaks, sehingga masyarakat bisa
cepat tahu yang sebenarnya.
Para relawan dalam pantauan Sandra
berasal dari semua kalangan, dari milenial hingga yang lebih dewasa.
Kata Sandra, ini menunjukkan besarnya
peran publik untuk menjadikan pemilu yang demokratis.
Dalam kerja-kerja pemantau independen
ini, kata dia, pendidikan politik justru berjalan jauh lebih maksimal,
ketimbang pendidikan politik yang dilakukan partai.
"Sementara partai politik tidak
maksimal, bahkan tidak melakukan pendidikan politik pada teman-teman yang muda
ini," lanjutnya.(bin)
Ikuti
Terus Sumber Informasi Dunia di twitter@bintangnews.com