Isarat Bagi Israel, Bisa Menyesal Jika Menyerang Iran
BINTANGNEWS.com –
Iran menyatakan, Israel akan benar-benar menyesal jika mereka memutuskan untuk menyerang
Iran. Ini adalah respon atas pernyataan Israel, bahwa mereka mungkin akan
melalukan serangan pencegahan terhadap Iran.
Menteri Luar Negeri Israel, Israel
Katz, dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Italia Corriere Della Sera
menyatakan, Tel Aviv tidak mengesampingkan melakukan serangan pencengahan
terhadap Teheran, jika negara itu membangun senjata nuklirnya sendiri.
"Iran, dengan mengandalkan budaya
pengorbanan dan perlawanan rakyatnya, tidak akan ragu atau kompromi sedikitpun
dalam mempertahankan kedaulatan dan keamanan nasionalnya," kata juru
bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi.
"Iran akan memberikan tanggapan
yang menghancurkan dan memicu penyesalan atas tindakan agresif atau bodoh
seperti itu," sambungnya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir PressTV
pada Selasa (10/12/2019).
Tel Aviv sendiri selama ini telah
menyerang negara-negara tetangganya dengan klaim mencegah mereka memperoleh
senjata nuklir. Pada Juni 1981, Tel Aviv meluncurkan operasi militer dengan
sandi "Operation Opera", di mana jet-jet tempur Israel menghancurkan
reaktor nuklir Irak yang sedang dibangun tidak jauh dari Baghdad. Tel Aviv
mengklaim telah bertindak membela diri untuk mencegah pemerintah Saddam Hussein
memproduksi senjata nuklir.
Setelah Operation Opera, Tel Aviv
memprakarsai apa yang disebut doktrin mantan Perdana Menteri Israel Menachem
Begin, yang menyarankan bahwa serangan itu bukan anomali dan bahwa pemerintah
Israel di masa depan harus melanjutkan praktik serangan pencegahan dan serangan
udara terhadap negara tetangga yang berupaya mendapatkan senjata pemusnah
massal.
Menurut sumber Sindonews Israel, yang secara rutin menuduh Iran mengembangkan
senjata nuklir, secara luas diyakini berada di belakang serangan siber worm
Stuxnet 2010 terhadap komputer Iran yang menyebabkan penghancuran beberapa
sentrifugal di pabrik nuklir Natanz. Tidak ada entitas yang secara resmi mengklaim
bertanggung jawab atas serangan siber yang merusak tersebut.***
.(bin)