Parlemen Iran Ancam Hancurkan Israel dalam 30 Menit
BINTANGNEWS.com –
Ketua Komite Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri parlemen Iran, Mojtaba
Zannour, kembali menegaskan ancamannya bahwa Israel tidak akan hidup lebih dari
20 atau 30 menit jika Tel Aviv atau Washington membuat kesalahan.
“Kami telah menggunakan strategi
perang asimetris. Apa artinya ini? Itu berarti membuat kekuatan musuh kita
tidak efektif atau kurang efektif - mengambil keuntungan atau kelemahan mereka.
Kami telah fokus dan mengerjakan hal-hal ini. Rezim (Iran) telah menciptakan
pencegahan," Zannour mengatakan kepada saluran berita Channel 5 Iran.
Dalam wawancara tersebut ia merujuk
keberadaan 36 pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah dan
menyatakan pesawat tanpa awak Iran dalam posisi "online" dan melacak setiap
perubahan pasukan di pangkalan AS.
“Jika mereka menembak, mereka akan
dihantam. Ketika Pemimpin (Tertinggi Iran Ayatollah Ali Kamenei) mengatakan
bahwa hari-hari hit-and-run sudah berakhir, dia tidak berbicara karena emosi
atau kegembiraan. Kata-katanya didukung oleh apa yang telah dilakukan,” Zannour
menggarisbawahi seperti dikutip dari Sputnik, Minggu (27/10/2019).
Zannour juga mengecam Washington
karena menguliahi Teheran tentang apa yang wajib dilakukan. Hal ini terkait
ditembak jatuhnya pesawat tak berawak AS oleh Garda Revolusi Iran di atas Selat
Hormuz Teluk Persia musim panas ini.
“Bahkan setelah kisah drone mereka,
mereka (AS) memberi tahu kami: ‘Hegemoni kami akan hancur. Evakuasi daerah ini
atau itu sehingga kita bisa menyerang di sana.' (Amerika) ingin memperbaiki
(kerusakan yang terjadi pada mereka). Kami mengatakan bahwa ini seperti
menangkap sandera. Jika Anda harus membayar uang untuk dibebaskan, jaminan apa
yang Anda miliki bahwa mereka tidak akan melakukannya lagi? Inilah mengapa
Republik Islam menolak, dan mereka (AS) tidak menyerang. Jika kita menganut
budaya perlawanan, ini akan menjamin keamanan negara,” tegasnya.
Secara terpisah, Zannour fokus pada
masa depan kesepakatan nuklir Iran 2015, juga dikenal sebagai Rencana Aksi
Komprehensif (JCPOA). Pada Mei 2018, Presiden AS Donald Trump mengumumkan
penarikan sepihak Washington dari kesepakatan itu, juga mengembalikan sanksi
ekonomi yang keras terhadap Teheran. Tepat setahun kemudian, Iran menangguhkan
pelaksanaan beberapa kewajiban JCPOA-nya, pada saat yang sama menekankan tidak
ingin membatalkan kesepakatan tersebut.
“Fakta bahwa kita ada hari ini dan
bahwa kita memiliki posisi dan mengajukan tuntutan tentang mengapa JCPOA tidak
dilaksanakan, dan presiden kita bepergian dengan terhormat ke seluruh dunia
semua berkat pencegahan defensif kita dan rudal-rudal yang memiliki 'Matilah
Israel' yang tertulis di atasnya,” pungkas Zannour,” demikia Sindonews.***
(bin)