Bak Mimpi Buruk Tsunami Palu Telan Korban Tewas 1.347 Jiwa
BINTANGNEWS.com –
Jumlah korban tewas usai gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah (Sulteng),
Indonesia, telah meningkat menjadi 1.347 jiwa. Federasi Internasional Palang
Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) menggambarkan situasi bencana itu seperti
"mimpi buruk".
Tim penyelamat masih terus mencari
korban selamat yang terkubur di reruntuhan bangunan. Tim penyelamat yang
dibantu banyak relawan kesulitan mencapai wilayah yang terdampak karena tidak
dapat diakses.
Akses beberapa daerah terpencil
sebagian besar terputus setelah gempa berkekuatan 7,5 skala richter (SR) memicu
gelombang tsunami besar. Gempa dan tsunami itu telah menghancurkan jalan,
jembatan dan bangunan dengan kerugian yang belum bisa ditentukan.
"Tim ini berpacu dengan waktu
karena sudah H + empat," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB,
Sutopo Purwo Nugroho, kepada wartawan.
Data sementara dari pemerintah
Indonesia menyatakan lebih dari 65.000 rumah telah rusak dan setidaknya 60.000
orang mengungsi. Mereka membutuhkan bantuan darurat.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta
bala bantuan dalam pencarian korban yang selamat. Dia mengatakan, semua orang
harus ditemukan.
Dilansir Sindonews, laporan awal dari tim penyelamat Palang Merah yang telah
mencapai pinggiran Kabupaten Donggala menyebut kondisinya mengerikan.
"Situasi di daerah yang terkena
bencana adalah mimpi buruk," kata Jan Gelfand, kepala kantor Federasi
Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC), dalam sebuah
pernyataan.
"Kota Palu telah hancur dan
laporan pertama dari Donggala mengindikasikan bahwa kota itu juga telah dilanda
bencana besar," kata Gelfand.
Laporan jurnalis Al Jazeera, Andrew
Thomas, yang melaporkan dari Palu, mengatakan ada bau menyengat dari jasad
korban yang membusuk.
"Tidak semua jasad telah dikubur,
saya dapat mengatakan bahwa itu dari bau yang kita temui ketika kita turun ke
permukaan laut," katanya. "Ini adalah kota yang sangat 'gelap' dalam
setiap arti dari kata itu."
Direktur kemanusiaan Oxfam, Nigel
Timmins, mengatakan dengan jalan yang terputus oleh tanah longsor dan jembatan
besar yang rusak, akses fisik tetap menjadi tantangan nyata.
"Yang lainnya adalah
informasi," katanya kepada Al Jazeera. "Listrik mati, telekomunikasi
mati. Bagi banyak orang, prioritas pertama mereka adalah pelacakan
keluarga."
Muzair, seorang warga di Petobo, Palu,
mengatakan lima kerabatnya masih hilang. "Saya berharap pemerintah dapat
membantu menemukan mereka," katanya.
"Tanahnya bergolak dan kemudian
tiba-tiba bangkit dan mengubur rumah-rumah. Di dalam hati saya mengatakan jika
ini adalah waktu saya mati, apa lagi yang bisa saya lakukan? Saya hanya berdoa
kepada Tuhan."
Ada juga laporan tentang anak-anak
yang muncul sendirian di pusat-pusat kesehatan, di mana mereka mencari
orangtuanya.
Maskapai penerbangan komersial telah
berjuang untuk memulihkan operasi di bandara yang rusak akibat gempa di Palu.
Sedangkan pesawat militer telah membawa beberapa orang yang selamat keluar
wilayah bencana sejak hari Senin.***
.(bin)
Ikuti
Terus Sumber Informasi Dunia di twitter@bintangnews.coma