BINTANGNEWS.com –
Amani al-Khatahtbeth sejak kecil tidak tumbuh dalam komunitas Muslimah yang
baik. Meski bangga atas budaya yang ia miliki, dia frustrasi dengan persepsi
Islam dan Islamofobia yang berkembang setelah 9/11.
Saat itu, ia bahkan harus
menyembunyikan identitasnya sebagai seorang Muslimah untuk menghindari
penilaian negatif dari teman-teman dan tetangganya. Ketika berusia 13 tahun, ia
dan keluarga pindah ke Yordania, tanah kelahiran sang Ayah.
Perpindahan keluarga yang terjadi pada
2005 ini disebabkan mereka khawatir akan meningkatnya kekerasan terhadap
komunitas Muslim di AS. Kepindahannya ke Yordania pun menjadi pengalaman paling
transformatif yang dirasakan oleh Amani.
Ia bisa tumbuh dengan lebih mencintai
agamanya dan perlahan-lahan mendapatkan kembali kepercayaan atas identitas yang
ia miliki. Ia tidak lama tinggal di Yordania.
Beberapa tahun kemudian, keluarganya
memutuskan untuk kembali ke AS. Salah satu alasan kembalinya Amani karena sang
ibu yang jatuh sakit dan ingin tinggal bersama sanak keluarganya yang lain di
New Jersey.
Sekembalinya ia ke AS, ia menyadari
bahwa pengalamannya selama di Yordania telah mengubah sikapnya atas negara ke
lahirannya ini. Ia pun memilih untuk meng gunakan jilbab sebagai tanda perla
wan an nya terhadap Islamofobia.
Melihat banyaknya pandangan dan
komentar negatif mengenai Islam dan umat-Nya, Amani merasa geram dan marah.
Timur Tengah khususnya Muslimahnya sering disalah tafsirkan dalam berita-berita
yang beredar kala itu.
Saat berusia 17 tahun, ia memutuskan
untuk membuat blog atau situs pribadi dari kamar tidurnya. Pada 2009, Ia
membeli domain dan menamainya MuslimGirl.com. Harganya hanya 7 dolar AS.
Blog itu membuat ruang bagi Muslimah
untuk menjawab berita-berita negatif itu. Hingga kini, MuslimGirl ini sudah
diikuti oleh puluhan ribu orang di seluruh media sosial yang ada. Bahkan
menurut wanita kelahiran 6 Mei 1992 ini, sepanjang 2017 lalu sudah ada 1,7juta
orang yang mengunjungi situs webnya.
Baginya, MuslimGirl.com adalah salah
satu cara untuk membersihkan kesalahpahaman pandangan masyarakat tentang
Muslimah. Laman ini menunjukkan eksistensinya dari kesalahan cara pandang yang
ada, terutama di media.
Amani berpendapat, situs itu dibuat
tidak hanya untuk Muslimah, tetapi juga siapa pun bisa mengakses dan mengikuti
situs serta media sosialnya. Setengah dari pengunjung MuslimGirl bahkan adalah
non-Muslim. Kebanyakan mereka ratarata berkunjung untuk mencari data dan
pengetahuan baru.
"Kita harus memastikan bahwa
feminisme ini termasuk semua wanita dengan warna kulit berbeda karena sejarah
mengajarkan kita bahwa kita tidak bisa berkompromi dengan kemerdekaan,"
ujar Amani dikutip di Teen Vogue.
Pada 27 Maret 2017, untuk pertama kali
nya, MuslimGirl meluncurkan Hari Wanita Muslim secara resmi. Peluncuran ini
dilakukan untuk merayakan keberadaan Muslimah dan untuk memperkuat suara
mereka. Setahun berikutnya, kegiat an serupa dilakukan dengan mengangkat tema,
"Wanita Muslim Berbicara Tentang Kekerasan".
Dikutip di CNN, Amani menyebut, Hari
Wanita Muslim ini diciptakan karena ia ingin membuat sebuah hari di mana setiap
Muslimah bisa merayakan keberadaannya. Di sisi lain, ia pun ingin menciptakan
se buah mesin atau penggerak perubahan pan dangan dan representatif wanita Mus
lim di media mainstream.
"Hari Wanita Muslim adalah seruan
untuk memusatkan suara wanita Muslim di hari itu, membanjiri internet dengan
cerita yang baru, beragam, dan positif tentang kami," ucap Amani.
Perayaan Hari Wanita Muslim 2018,
menurutnya, lebih besar karena melibat kan lebih banyak mitra dan lebih banyak
pembicaraan di media sosial yang mening katkan kesadaran orang lain.
Organisasiorganisasi lain pun mulai melirik dan memanfaatkan perayaan tersebut.
Tema kekerasan yang diangkat pada tahun ini pun karena melihat banyaknya
kejadian kekerasan yang terjadi di AS akhir-akhir ini. Baik dari kekerasan
senjata, maupun gerakan #MeToo ataupun #TimesUp.
Kekerasan semacam ini jelas menjadi
pembicaraan dan berdampak pada semua wanita di seluruh dunia tanpa
membedabedakan latar belakang mereka. "Sangat penting bagi kami kemudian
untuk memasukkan hal-hal ini dalam percakapan yang ada dan memperluas definisi
apa arti pembebasan bagi tiap-tiap wanita," lanjut Amani. Wanita yang kini
berusia 26 tahun ini pada 2016 pun mengeluarkan sebuah buku berjudul, Muslim
Girl: A Coming of Age.
Dikutif Republika.co.id, Buku ini menceritakan pengalaman hidupnya untuk
memperjuangkan media Muslimah dan mematahkan persepsi nega tif tentang wanita
Muslim. Dalam karya nya ini pula ia membagikan perjalanan kariernya hingga kini
menjadi kontributor di berbagai media, seperti Forbes. Tahun ini Amani
mendapatkan penghargaan dari produk kecantikan, Revlon.
Ia diberi penghargaan sebagai Change
maker Muslim sebagai bentuk pengakuannya atas advokasi dan inspirasinya terha
dap Muslimah. Namun, ia menolak meng ambil penghargaan tersebut karena menu rut
Amani nilai-nilai yang ia anut tidak selaras dengan Gal Gadot, aktris yang di
dapuk sebagai ambassador produk kecantikan itu.***
.(bin)
Ikuti
Terus Sumber Informasi Dunia di twitter@bintangnews.com