Trump Ancam akan 'Hancurkan' Ekonomi Turki
BINTANGNEWS.com –
Presiden AS Donald Trump mengancam untuk 'menghancur-leburkan Turki secara
ekonomi' jika mereka menyerang pasukan Kurdi di Suriah setelah pasukan AS nanti
ditarik dari Suriah.
Sejauh ini pasukan AS bertempur
bersama kelompok milisi Kurdi, YPG, di utara Suriah, untuk menumpas kelompok
ISIS
Sebaliknya, Turki menganggap YPG (Unit
Pelindung Rakyat) sebagai teroris.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan
berikrar untuk menghancurkan kelompok itu dan mengungkapkan kemarahannya atas
dukungan Amerika kepada mereka.
Pernyataan Trump terbaru ini muncul di
tengah banjir kecaman atas keputusannya yang mendadak untuk menarik pasukan AS
dari Suriah.
Seorang tokoh penting di keluarga
kerajaan Arab Saudi, Pangeran Turki al-Faisal, mengatakan kepada BBC bahwa
langkah Trump itu akan memunculkan 'dampak negatif' yang menguntungkan Iran,
Rusia dan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo
saat ini berada di ibu kota Saudi, Riyadh, dalam rangkaian tur di Timur Tengah
untuk meyakinkan sekutu-sekutu AS di wilayah tersebut.
Apa yang dikatakan Trump?
Presiden Trump bersikukuh atas
keputusannya untuk menarik pasukan, dengan mengatakan setiap pejuang ISIS yang
tersisa dapat diserang dari udara.
Trump menyebut bisa menghancurkan
Turki secara ekonomi, namun dia tidak memapar bagaimana ekonomi Turki akan menderita
jika mereka menyerang YPG.
Agustus lalu AS memberlakukan sanksi
dan bea masuk perdagangan pada Turki, menyusul cek-cok tentang ditahannya
seorang pendeta AS di Turki. Sanksi itu turut mengakibatkan jatuhnya nilai lira
Turki.
Trump juga menyebutkan gagasan untuk
menetapkan 'zona aman 20 mil', yang menurut wartawan BBC Barbara Plett Usher
mengisyaratkan jenis solusi yang sedang ditawarkan dan dirundingkan oleh Menlu
Mike Pompeo.
Juru bicara Presiden Erdogan Ibrahim
Kalin menanggapi melalui sebuah cuitan, bahwa Turki mengharapkan AS untuk 'menghormati
kemitraan strategis kita.'
"Teroris tidak bisa menjadi mitra
dan sekutu Anda," katanya.
Presiden Trump mengejutkan para sekutu
dan mendapat kritik keras di dalam negeri ketika bulan lalu ia memerintahkan
agar pasukan AS segera ditarik dari sekitar 30% wilayah Suriah yang dikuasai
aliansi Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin YPG.
Militer AS memulai langkah itu pekan
lalu dengan menarik sejumlah peralatan militer dari Suriah, meskipun pasukan
mereka masih tetap berada di negara itu.
Apa yang dikatakan Mike Pompeo?
Akhir pekan lalu, Menlu AS Mike Pompeo
mengatakan telah berbicara di telpon dengan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut
Cavusoglu dan 'optimis' bahwa dapat dicapai kesepakatan dengan Turki untuk
melindungi para pejuang Kurdi. Dia tidak memberikan detail lebih jauh.
Di Abu Dhabi, Pompeo mengatakan AS
mengakui 'hak rakyat Turki dan hak Presiden Erdogan untuk mempertahankan negara
mereka dari teroris'.
Betapa pun, katanya, "kami juga
tahu bahwa mereka yang berjuang bersama kami selama ini layak dilindungi
juga," tambahnya.
Di Riyadh, menteri luar negeri Pampeo
diperkirakan akan membahas Iran dan konflik di Yaman dan Suriah, serta membicarakan
perkembangan tentang penyelidikan atas pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
Khashoggi, seorang wartawan yang
kritis terhadap penguasa Arab Saudi, dibunuh di konsulat Saudi di Istanbul tiga
bulan lalu.
Pasukan angkatan darat AS pertama kali
tiba di musim gugur 2015 ketika Presiden Barack Obama mengirim sejumlah kecil
pasukan khusus untuk melatih dan memberi konsultasi kepada para pejuang YPG.
Dikutif BBC Indonesia, AS akhirnya mengambil langkah itu setelah beberapa
upaya melatih dan mempersenjatai kelompok-kelompok pemberontak Suriah untuk
memerangi militan ISIS, gagal total bahkan menimbulkan kekacauan.
Sesudah itu, di tahun-tahun
berikutnya, jumlah pasukan AS di Suriah meningkat, dan jaringan pangkalan dan
lapangan udara dibentuk membentuk busur yang menghubungkan berbagai bagian
timur laut negara itu.(bin)
Ikuti
Terus Sumber Informasi Dunia di twitter@bintangnews.com