AS Akan Umumkan Garda Revolusi Iran sebagai Kelompok Teror
BINTANGNEWS.com –
Pemerintahan Donald Trump dilaporkan berencana untuk memasukkan Garda Revolusi
Iran, IRGC, sebagai organisasi teroris dalam langkah yang belum pernah terjadi
sebelumnya. Ini dilakukan untuk meningkatkan kampanye tekanan maksimum
Washington kepada Teheran.
Pengumuman itu akan datang menjelang
ulang tahun pertama keputusan Presiden Donald Trump untuk menarik diri dari
perjanjian nuklir 2015 dengan Teheran dan untuk menerapkan kembali sanksi yang
telah melumpuhkan ekonomi Iran.
Keputusan pemerintah AS untuk
memasukkan IRGC dalam daftar kelompok teroris ini pertama kali dilaporkan oleh
Wall Street Journal. Rencana untuk memasukkan IRGC sendiri sudah muncul selama
bertahun-tahun.
AS telah membuat daftar hitam puluhan
entitas dan orang karena berafiliasi dengan IRGC, tetapi organisasi itu secara
keseluruhan tidak dimasukkan ke dalam daftar hitam.
Pada 2007, Departemen Keuangan AS
memasukkan Pasukan Quds IRGC ke dalam daftar hitam. Pasukan Quds IRGC adalah
unit yang bertanggung jawab atas operasi di luar negeri, untuk dukungannya
terhadap terorisme, dan digambarkan sebagai sayap utama Iran untuk melaksanakan
kebijakannya mendukung kelompok teroris dan pemberontak.
Iran sendiri telah memperingatkan akan
memberikan tanggapan yang "menghancurkan" jika AS melanjutkan
langkahnya.
Komandan IRGC Mohammad Ali Jafari
memperingatkan pada tahun 2017 bahwa jika Trump melanjutkan langkah tersebut
maka Garda Revolusi akan menganggap tentara Amerika menjadi seperti ISIS di
seluruh dunia.
Ancaman semacam itu sangat tidak
menyenangkan bagi pasukan AS di tempat-tempat seperti Irak, di mana milisi
Syiah yang berada di Iran berada dekat dengan pasukan AS.
Senator Republik Ben Sasse mengatakan
langkah itu akan menjadi langkah penting dalam kampanye tekanan maksimum AS
melawan Teheran.
"Penunjukan formal dan
konsekuensinya mungkin baru, tetapi tukang jagal IRGC ini telah menjadi teroris
sejak lama," kata Sasse dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari
Reuters, Sabtu (6/4/2019).
Mantan wakil menteri luar negeri dan
pemimpin negosiator Iran, Wendy Sherman, mengatakan dia khawatir tentang
implikasi bagi pasukan AS.
"Orang mungkin bahkan
menyarankan, karena sulit untuk melihat mengapa ini menjadi kepentingan kita,
jika presiden tidak mencari dasar untuk konflik," kata Sherman, yang
adalah direktur Pusat Kepemimpinan Publik di Harvard Kennedy School.
"IRGC sudah sepenuhnya disetujui
dan peningkatan ini benar-benar membahayakan pasukan kita di wilayah ini,"
imbuhnya.
Didirikan setelah Revolusi Islam 1979
untuk melindungi sistem pemerintahan ulama Syiah, IRGC adalah organisasi
keamanan paling kuat Iran. Ia memiliki kendali atas sektor-sektor besar ekonomi
Iran dan memiliki pengaruh besar dalam sistem politiknya.
IRGC bertanggung jawab atas rudal
balistik dan program nuklir Iran. Teheran telah memperingatkan bahwa ia
memiliki rudal dengan jangkauan hingga 2.000 km, menempatkan pangkalan militer
Israel dan AS di wilayah tersebut dalam jangkauan tembaknya.
IRGC diperkirakan memiliki militer
berkekuatan 125.000 dengan unit tentara, angkatan laut, dan udara serta
bertanggung jawab kepada Pemimpin Spiritual Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Tidak jelas apa dampak rencana AS
memasukkan IRGC sebagai organisasi teroris terhadap aktivitas Amerika di
negara-negara yang memiliki hubungan dengan Teheran, termasuk di Irak.
Baghdad memiliki hubungan budaya dan
ekonomi yang mendalam dengan Iran dan Oman, di mana Amerika Serikat baru-baru
ini membuat kesepakatan pelabuhan strategis.
Menurut sumber Sindonews Pentagon menolak berkomentar dan merujuk pertanyaan ke
Departemen Luar Negeri. Sementara Departemen Luar Negeri dan Gedung Putih juga
menolak berkomentar terkait laporan ini.
Untuk diketahui, Menteri Luar Negeri
AS Mike Pompeo selama ini telah mengadvokasi perubahan kebijakan AS sebagai
bagian dari sikap keras pemerintahan Trump terhadap Teheran.
Misi Iran untuk PBB juga tidak segera
menanggapi permintaan komentar.(bin)