Mantan PM Malaysia diadili terkait skandal keuangan global
BINTANGNEWS.com –
Mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak menghadapi tujuh tuntutan, dari
beberapa kasus kriminal di mana ia dituduh mengantongi uang senilai US$681 juta
(Rp9,6 triliun) dari lembaga pengelola investasi negara 1MDB.
Perusahaan 1 Malaysia Development
Berhad (1MDB) sendiri didirikan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Malaysia
melalui investasi-investasi strategis.
Alih-alih, lembaga ini dituduh
membiayai gaya hidup mewah, sebuah film Hollywood dan sebuah kapal pesiar super
mewah.
Sekelompok pendukung menemui Najib
ketika ia tiba di pengadilan di Kuala Lumpur. Mereka berdiri dan berdoa
bersamanya sebelum Najib memasuki gedung pengadilan sambil berteriak,
"Hidup Najib!".
Pengacara Najib mencoba mengupayakan
agar persidangan ditunda, tetapi hakim memutuskan tidak menerima permintaan
tersebut.
Dalam pertanyataan pembukanya, Jaksa
Agung Malaysia, Tommy Thomas, menyatakan bahwa Najib memegang "kekuasaan
nyaris mutlak" dan itu diiringi dengan "kewajiban yang sangat
besar".
"Tertuduh tidak berada di atas
hukum," kata Jaksa Agung Malaysia.
Najib Razak menghadapi beberapa
tuduhan kriminal, dan pengadilan Rabu (03/04) adalah yang pertama terkait
skandal ini.
Pengadilan ini seharusnya dimulai pada
tanggal 12 Februari, tetapi ditunda untuk mendengarkan beberapa upaya hukum.
Pemerintah Malaysia juga mengajukan
tuntutan kriminal kepada firma di Wall Street, Goldman Sachs, dengan tuduhan
bahwa bank investasi itu menipu investor agar mengumpulkan dana utuk 1MDB.
Goldman Sachs membantah tuduhan
tersebut dan menyatakan akan "sekuat tenaga membantah tuduhan itu".
Tentang apa pengadilan ini?
Jumlah total tuntutan yang dihadapi
Najib sebanyak 42, sebagian besarnya terkait 1MDB.
Sidang pertama berpusat pada tuduhan
transfer dari SRC Internasional - sebuah unit dari 1MDB - ke rekening pribadi
Najib sebesar 42 juta ringgit Malaysia (sekitar Rp146 milyar).
Kasus ini melibatkan tiga kasus
pencucian uang, tiga pelanggaran kriminal dan satu kasus penyalahgunaan kekuasaan.
Najib menyatakan diri tidak bersalah untuk seluruh tuduhan tersebut.
Bagaimana latar belakangnya?
Najib Razak mendirikan 1MDB di tahun
2009 ketika ia menjabat perdana menteri, guna membantu pembangunan ekonomi
Malaysia.
Pada tahun 2015, kegiatan lembaga ini
mulai dipertanyakan sesudah luput melakukan pembayaran kepada bank dan pemegang
obligasinya.
Amerika Serikat melakukan penyelidikan
dan menemukan bahwa US$4,5 miliar (Rp64 tilyun) telah dialihkan ke kantong
pribadi.
Penegak hukum Amerika sempat
menyatakan bahwa seseorang yang diberi nama kode "Pejabat Malaysia
No.1" (Malaysian Official 1) diduga kuat menerima US$681 juta dari 1MDB.
Belakangan dikonfirmasi bahwa orang tersebut adalah Najib Razak.
Para penegak hukum menyatakan bahwa
uang ini digunakan untuk membiayai gaya hidup mewah Najib dan istrinya Rosmah
Mansor, yang juga menghadapi tuduhan korupsi.
Nama Najib dibersihkan dari segala
tuduhan oleh pihak berwenang Malaysia ketika ia menjabat perdana menteri.
Namun tuduhan korupsi ini memainkan
peran sangat besar dalam kekalahan pemilu tahun 2018. Pemerintahan yang
terbentuk sesudah itu segera membuka kembali penyelidikan 1MDB.
Polisi menyatakan mereka berhasil
menyelamatkan barang mewah dan uang dari tempat tinggal Najib. Najib kemudian
ditahan oleh lembaga anti-korupsi sebelum dibebaskan dengan jaminan.
Kapal pesiar super mewah
Sasaran lain dari penyelidikan ini
adalah pebisnis Malaysia Low Taek Jho yang memainkan peran di balik dari layar
transaksi-transaksi 1MDB.
Ia dituduh menyelewengkan uang untuk
dirinya sendiri dan rekan-rekannya. Low membantahnya dan kini keberadaannya tidak
diketahui.
Menurut BBC Indonesia, Ia memiliki kapal pesiar super mewah bernama
Equanimity seharga US$250 juta (Rp3,5 trilyun) yang diduga dibeli dari uang
hasil penyelewengan tersebut. Pada tahun 2018, kapal pesiar itu disita oleh
pihak berwenang.
Pengadilan menyetujui pada Rabu
(03/04) terkait penjualan kapal itu senilai US$126 juga (Rp1,8 trilyun) kepada
perusahaan kasino Genting Malaysia.
Menurut Jaksa Agung Malaysia,
penjualan ini merupakan jumlah uang terbesar yang berhasil diselamatkan oleh
Malaysia dari skandal 1MDB ini.
Setidaknya enam negara termasuk
Singapura dan Amerika Serikat telah melakukan penyelidikan pencucian uang dan
korupsi terhadap 1MDB.
Bank investasi Goldman Sachs merupakan
salah satu pemain terbesar yang terlibat dalam skandal ini.
Pemerintah Malaysia telah mengajukan
tuntutan kriminal terhadap Goldman Sachs, menuduh bank membantu penyelewengan
uang tersebut.
Tim Leissner yang bekerja sebagai
Direktur Goldman Sachs di Asia Tenggara menyatakan diri bersalah karena
keikutsertaan dalam penyuapan dan pencucian uang.
Presiden Direktur Goldman Sachs, David
Solomon, meminta maaf kepada rakyat Malaysia untuk peran Leissner dalam skandal
ini, tapi ia menyatakan bahwa lembaganya turut dibohongi dalam soal rincian
transaksi yang terjadi.(bin)
Ikuti
Terus Sumber Informasi Dunia di twitter@bintangnews.com